-->

SMS Gratis

Jumat, 07 Juni 2013

Mau Tulisanmu Dibayar Puluhan Juta?

Ilustrasi: www.dreamstime.com -

Seorang penulis, author, dan blogger senior yang sudah lumayan malang melintang di dunia penulisan (populer) dan blogging, suatu saat pernah menunjukkan nilai kontraknya dengan sebuah perusahaan.

Untuk SATU post saja ia mendapatkan bayaran senilai “setengah harga mobil”…
Waw…! Tentu satu nilai yang mencengangkan.. satu posting.. nilainya bisa puluhan juta untuk menuliskan artikel yang bermuatan advertorial. Dan tentu bukan tulisan advertorial/iklan dengan gamblang, melainkan tulisan dengan kemasan jenis “soft marketing…”

Pembaca tidak akan ‘ngeh’ bahwa artikel yang ditulisnya ‘disponsori’ oleh suatu produk. Karena tema tulisannya jauh dari mempromosikan produk yang mendanai artikel terkait. Tapi sebenarnya ada sisipan tentang produk tersebut dalam isi artikelnya.

Siapa yang tidak ingin sebuah artikelnya diganjar bayaran sedemikian tinggi. Tapi tentu saja nilai harga sebuah tulisannya bukan ujug-ujug langsung mahal begitu seseorang memasuki atau menekuni dunia penulisan (dan blogging). Ia harus melewati banyak ‘tahapan’ dan memakan waktu yang relatif bertahun-tahun.

Tapi jika mencintai sebuah pekerjaan, mencintai proses menulis, tahun-tahun itu serasa terlipat. Tidak terasa berbagai tantangan dan rintangan dalam dunia kepenulisan terlewati satu demi satu…

Kesabaran.. kesabaran itu kunci ternyata… Sering kita mau cepat buru-buru populer.. cepat buru-buru tulisan kita laku, dibaca banyak orang.. dan dibayar mahal.. padahal… banyak orang yang membuktikan.. ketika ikhlas dalam menulis… ada jalan di depan sana, ada pintu lain yang tak pernah kita duga akan terbuka.

Agnes Davonar pernah mengalami hal ini… berharap naskah novelnya diterima penerbit dan mengharapkan mendapatkan penghasilan dari menulis, malah justru tidak mendapat apa-apa.. karya-karya mereka ditolak penerbit.

Tapi ketika karya-karya mereka disebarkan lewat media sosial tanpa berharap imbalan.. kesuksesan pun datang menghampiri mereka…

Tahapan.., waktu.., dan cinta… Saya rasa itu yang akan melengkapi diri kita untuk bisa menjadi seorang penulis dengan nilai kontrak yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Jargon “…menulis ya menulis saja…” adalah sebuah proses belajar terus menerus.. proses latihan menulis secara bertahap.. tidak ada yang instan langsung jago nulis.. dan tahapan-tahapan yang kita lalui itu akan terasa setelah ada variabel yang disebut “waktu..” (ES)
Semangat menulis.. sahabat Kompasianers!

Erri Subakti
https://www.facebook.com/groups/175201439229892/ 

2 komentar:

  1. Bermanfaat sekali untuk motivasi orang-orang yang punya hobi menulis.

    BalasHapus
  2. setuju, karena menulis itu bukan sekedar untuk bayaran yang bisa dihitung, tapi lebih kepada kebanggaan diri dalam menulis

    BalasHapus

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....