Seorang penulis, author, dan blogger senior yang sudah lumayan
malang melintang di dunia penulisan (populer) dan blogging, suatu saat
pernah menunjukkan nilai kontraknya dengan sebuah perusahaan.
Untuk SATU post saja ia mendapatkan bayaran senilai “setengah harga mobil”…
Waw…! Tentu satu nilai yang mencengangkan.. satu posting..
nilainya bisa puluhan juta untuk menuliskan artikel yang bermuatan
advertorial. Dan tentu bukan tulisan advertorial/iklan dengan gamblang,
melainkan tulisan dengan kemasan jenis “soft marketing…”
Pembaca tidak akan ‘ngeh’ bahwa artikel yang ditulisnya
‘disponsori’ oleh suatu produk. Karena tema tulisannya jauh dari
mempromosikan produk yang mendanai artikel terkait. Tapi sebenarnya ada
sisipan tentang produk tersebut dalam isi artikelnya.
Siapa yang tidak ingin sebuah artikelnya diganjar bayaran sedemikian
tinggi. Tapi tentu saja nilai harga sebuah tulisannya bukan ujug-ujug
langsung mahal begitu seseorang memasuki atau menekuni dunia penulisan
(dan blogging). Ia harus melewati banyak ‘tahapan’ dan memakan waktu
yang relatif bertahun-tahun.
Tapi jika mencintai sebuah pekerjaan, mencintai proses menulis,
tahun-tahun itu serasa terlipat. Tidak terasa berbagai tantangan dan
rintangan dalam dunia kepenulisan terlewati satu demi satu…
Kesabaran.. kesabaran itu kunci ternyata… Sering kita mau cepat
buru-buru populer.. cepat buru-buru tulisan kita laku, dibaca banyak
orang.. dan dibayar mahal.. padahal… banyak orang yang membuktikan..
ketika ikhlas dalam menulis… ada jalan di depan sana, ada pintu lain
yang tak pernah kita duga akan terbuka.
Agnes Davonar pernah mengalami hal ini… berharap naskah novelnya
diterima penerbit dan mengharapkan mendapatkan penghasilan dari menulis,
malah justru tidak mendapat apa-apa.. karya-karya mereka ditolak
penerbit.
Tapi ketika karya-karya mereka disebarkan lewat media sosial tanpa berharap imbalan.. kesuksesan pun datang menghampiri mereka…
Tahapan.., waktu.., dan cinta… Saya rasa itu yang akan melengkapi diri
kita untuk bisa menjadi seorang penulis dengan nilai kontrak yang tak
pernah kita bayangkan sebelumnya.
Jargon “…menulis ya menulis saja…” adalah sebuah proses belajar
terus menerus.. proses latihan menulis secara bertahap.. tidak ada yang
instan langsung jago nulis.. dan tahapan-tahapan yang kita lalui itu
akan terasa setelah ada variabel yang disebut “waktu..” (ES)
Semangat menulis.. sahabat Kompasianers!
Erri Subakti
https://www.facebook.com/groups/175201439229892/
Bermanfaat sekali untuk motivasi orang-orang yang punya hobi menulis.
BalasHapussetuju, karena menulis itu bukan sekedar untuk bayaran yang bisa dihitung, tapi lebih kepada kebanggaan diri dalam menulis
BalasHapus