Kayyis Ramadhan
Ramadhan telah pergi dengan segala
kenangannya. Ramadhan bulan yang agung itu telah menyisakan kenangan indah yang
teramat dalam dihati umat beriman. Ramadhan menjadi semacam gerakan bersama
untuk mengembalikan spirit ibadah yang hilang. Ramadhan sangat berasa membawa
kesejukan pada ruhiyah yang kering kerontang.
Coba ingat saat malam menjelang,
berduyun-duyun hambanya meringankan langkah kaki mengunjungi masjid, surau dan
mushola, tempat yang selama ini sering merintih kesepian lantaran sedikitnya
orang yang mau mengunjunginya. Kenangan
kita juga akan bertemu pada indahnya kebersamaan saat buka puasa bersama di
rumah, di Masjid, dirumah kolega bisnis, teman pengajian, teman organisasi atau
dimanapun, sebuah spirit kebersamaan yang seakan terkikis habis pada bulan yang
lain. Kemudian memori itu juga menyisakan sebuah ironi yang menyayat hati
tatkala membandingkan antara magrib bulan ramadhan dengan magrib di bulan yang
lain. Ahhhh...betapa jauh perbedaan apresiasinya. Aluanan azan magrib dibulan
ramadhan begitu dinantikan, begitu didamba dan begitu dharapkan. Sementara adzan
magrib di bulan yang lain kebanyakan diacuhkan.
Coba kita putar
kembali memori dijalanan saat magrib menjelang, kendaraan yang lalu lalang
begitu sepinya. Sebelum magrib berkumandang kebanyakan telah ada di masjid,
rumah atau tempat berbuka puasa lainnya. Sementara suasana jalan saat menjelang magrib di bulan yang lain teramat
padat bahkan terkadang kita harus bersabar menerima kenyataan macet yang mengular.
Sebuah ironi yang terlalu kontras.
Belum cukup itu,
putar kembali memori kita pada suasan malam, sekitar jam 02.00, 03.00 dini hari. Semuanya
memaksakan bangun untuk sahur. Dan
alhamdulillah ada beberapa hamba yang dulunya mendengkur sepanjang malam menyempatkan
menunaikan Qiyamullail di bulan ini. Tidak
sedikit yang juga melanjutkankannya dengan tilawah Qur’an dan sholat shubuh
berjamaah di masjid.
Spirit taqwa begitu
terasa di bulan mulia. Fenomena orang takwa baru serasa menjadi booming diseantro
negeri. Tak sedkit orang menjemput hidayahnya untuk menjadi sebenar-benarnya
islam. Bukan slam KTP yang selau menjadi
favorit agama sebagian besar umat islam di negeri ini. Islam KTP telah menjadi agama mayoritas.
Agama memang Islam tapi sholat tak pernah ditegakkan. Agama memang islam tapi
korupsi tetap berjalan lancar. Agama
memang Islam tapi mabuk-mabukan tetap dilakukan. Agama memang Islam tapi masih
percaya takhayul, khurafat dan berbagai variasi kesyirikan. Agama memang Islam
tapi syariat-syariat Islam selalu dilanggar.
Alhamdulillah,
ramadhan tetap bisa dinikmati tahun ini. Boleh jadi ramadhan kemaren adalah
ramadhan terakhir kita. Namun satu yang pasti spirit taqwa yang dikumandangkan
oleh ramadhan tak boleh hilang. Takwa harus menjadi energi bersama yang selalu
kita gerakkan dibulan-bulan lain. Karena
menjadi hamba yang bertakwa adalah tugas utama kita hidup di dunia ini.
Ramadhan hanyalah bulan training yang justru indikator kesuksesan kita
menyelesaikannya adalah saat kita punya spirit takwa yang sama dibulan yang lain. Ramadhan hanyalah cemeti semangat untuk kita
agar siap menjalani kehidupan takwa dibulan yang lain. Takwa harus sepanjang
usia hidup kita. Tak berhenti dengan berakhirnya ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....