-->

SMS Gratis

Kamis, 02 Agustus 2012

Benih-Benih Kerinduan

Tiara Satya KPK

Gelap malam berhasil menjaringku ke dalam sepi yang membius isi dunia. Semua terlihat diam.
Hanya angin malam yang sesekali datang menghampiriku membawa kembali segala memori yang sempat terhapus oleh waktu. Perlahan kenangan itu menari-nari di pelupuk mataku, seakan mencari celah untuk singgah. Aku teringat, dulu saat ia datang setelah tiga tahun bekerja di luar kota.
     

 “Ibu tidak bisa lama menemanimu disini. Mungkin hanya satu bulan.” Ujarnya di suatu malam.
     “Kenapa?” Tanyaku sambil melipat seragam SD ku. 

     “Ibu kan harus kerja lagi sayang. Kamu nggak keberatan kan? Ada kakek, nenek dan adikmu disini.” Jawabnya lembut sambil membelai rambutku. Aku hanya mengangguk pasrah.
     “Jangan khawatir, ibu akan kembali setelah kamu lulus SMA.” Lanjutnya. Aku tersenyum getir.
     Itu adalah sepenggal percakapan yang terjadi dua minggu sebelum ibu kembali meninggalkanku. Memori itu telah terkubur kurang lebih enam tahun lima bulan. Aku sudah kuliah disemester awal sekarang. Kini kenangan itu menyeruak keluar dari dasar hatiku. Masa remajaku tak bisa kuhabiskan bersamanya. Aku hanya berharap ia kembali. Aku sungguh rindu masa-masa kecilku saat masih bersama keluargaku yang utuh. 

     Kupandangi langit malam yang semakin pekat. Ayah.. apakah ayah sudah bahagia disana? Aku yakin ayah berada ditempat yang tinggi sekarang. Dapatkah ayah melihat ibu? Gumamku lirih. Tiba-tiba Handphone-ku berdering. 

     “Assalamu’alaikum, bu,” Sapaku lembut.
     “Wa’alaikum salam. Sayang.. gimana kabarmu dan kabar keluarga disana? Maaf ibu jarang menghubungimu.” 

     “Alhamdulillah baik. Bu.. kapan ibu pulang?”
     “Oh... syukurlah kalau begitu. Ibu belum bisa pulang sayang, masih sangat banyak pekerjaan disini. Semoga dua tahun lagi ibu bisa kembali berkumpul bersama kalian. Ooh ya, jaga dirimu baik-baik ya? Jangan lupa makan dan istirahat. Perhatikan juga kondisi adikmu. Ibu yakin kamu bisa menjaganya!” Jawabnya cukup panjang. 

     “Ya... kami menantimu disini. Semoga Allah selalu melindungimu, bu.” Jawabku. Aku merasa kerongkonganku mengering.

     “Terima kasih sayang. Uang jajanmu akan ibu kirim setiap bulan. Jangan mengkhawatirkan ibu ya, ibu baik-baik saja. Sudah dulu ya? Salam untuk semuanya. Assalamu’alaikum.” 

     “Wa’alaikum salam.”
     Telpon terputus. Air mataku kembali menggenang. Ahh... jika saja aku bisa, ingin ku penggal waktu agar aku bisa langsung bertemu denganmu. Masih berapa lama lagi aku menanti?
     Aku tidak tahu dimana ibu, apa pekerjaannya dan bagaimana keadaannya. Terlepas dari itu semua, aku hanya ingin bertemu dengannya. Namun apakah aku harus merasakan lagi kandasnya sebuah harapan ? Hanya Allah yang tahu. Aku berharap jika waktu itu tiba, aku akan memeluknya, dan mencium punggung tangannya. 

     Malam semakin larut, angin kembali berhembus menyemaikan benih-benih kerinduan diatas lahan pengharapan yang kian terbentang.......




1 komentar:

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....