Nasehat Kematian
Kayyis Ramadhan
Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua
Hilang dan pergi meninggalkan
dirimu......
(Bila Waktu Telah Berakhir, Opick)
Banyak
alasan orang tidak suka dengan datangnya peristiwa kematian. Ada yang takut mati karena terlalu banyak
lalai dalam menjalani kehidupan di dunia. Ada yang takut mati karena
membayangkan kesulitan yang ditemui setelah kematian. Ada yang takut mati karena
berpisah dengan sanak familinya. Ada yang takut mati karena kenyataan pahit
harus meninggalkan harta kekayaan yang dikumpulkannya bertahun-tahun. Itulah sebabnya kematian menjadi sesuatu yang
luar biasa. Sesuatau yang sangat ditakuti kebanyakan orang.
Kematian
memang menyakitkan bagi orang-orang yang kehidupannya terpedaya dengan
keindahan semu dunia. Kematian, dan saat-saat menjelang kematian menyingkap
banyak kepalsuan dan kebohongan yang terjadi selama manusia hidup. Kematian
membongkar kedustaaan dan membuka kemunafikan yang tidak terlihat. Kematian
akan membedah satu persatu aib yang matian-matian ditutupi selama ini. Kematian menjadikan orang sombong dan hatinya
membatu tersadar dengan kesalahannya. Kematian menjadikan pecinta dunia
tersadar dengan belenggunya . Kematian memutus kelezatan dunia yang menyibukkan
selama ini. Lihatlah Fir’aun, manusia
paling membangkang dimuka bumi yang menganggap dirinya Tuhan. Saat nyawanya
akan keluar dari tenggorokannya, ia menyatakan beriman dengan RabbNya Musa AS.
Tuhannya yang selama ini didustakannya. Sebuah episode kesadaran yang telah
terlambat dan hanya menyisakan penyesalan berkepanjangan. Cukuplah peristiwa
kematian Fir’aun menjadi pembelajaran yang melembutkan hati generasi-generasi
setelahnya. Menjadi renungan yang mendalam tentang amanah kehidupan yang
disia-siakan.
Adakah musibah yang
lebih besar daripada kematian tidak dalam keadaan beriman. Kematian dalam
keadaan menjadi manusia pembangkang. Kematian dalam keadaan menjadi manusia
durhaka.
Ali
Bin Abi Thalib berkata,” Siapakah yang mampu lari dari hari kematian? Bukankah
hari kematian adalah hari yang telah ditetapkan ? Bila (kematian) sesuatu yang
belum ditetapkan tentu aku dapat lari darinya. Namun siapakah yang dapat
menghindarkan dari takdir?”.
Siapapun kita tidak
bisa terlepas dengan cengkraman kematian. Kita hanya menunggu ajal yang tiada
pernah kita tahu kapan datangnya. Bagi
orang beriman kematian tidaklah mesti
ditakuti. Karena sisi lain diri kematian
adalah titik balik meraih kemerdekaan dari penjara dunia. Seindah apapun kehidupan di dunia, bagi
seorang muslim dunia tetaplah sebuah penjara yang begitu menyibukkan. Benarlah apa yang dikatakan Abdullah bin Amr
Bin Ash “ Dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin. Bila ia berpisah dari dunia
berarti dia berpisah dari penjara”. Sungguh penjara ini tak pantas membuat kita
terbelenggu dari ketaatan kepada Allah. Dunia yang sementara ini tak pantas menjadikan
kita terlupa dengan kehidupan yang lebih abadi. Justru kita harus disibukkan
dengan upaya penyiapan bekal yang banyak dalam rangka merayakan hari kebebasan
kita dari penjara dunia.
Rasulullah dalam hadist
riwayat Thabarani dan Al Hakim mengatakan “Al
mautu tuhfatul mukmin, kematian adalah hadiah bagi orang beriman. Karena
setelah kematian dia akan terbebas dari jeratan-jeratan ujian hidup. Dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar
dari ketaatan yang telah dilakukannya. Jiwanya terbang meninggi menuju Tuhannya. Kehidupan paska kematian hanya menyediakan
lautan nikmat yang tak bertepi untuknya.
Bagi orang beriman, jiwanya tak akan puas jika mati hanya sebagai
seorang muslim biasa. Dia pasti menginginkan kematian dalam keaadaan beramal
sholeh.
* Éb>u ôs% ÓÍ_tF÷s?#uä z`ÏB Å7ù=ßJø9$# ÓÍ_tFôJ¯=tãur `ÏB È@Írù's? Ï]Ï%tnF{$# 4 tÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur |MRr& ¾ÇcÍ<ur Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur ( ÓÍ_©ùuqs? $VJÎ=ó¡ãB ÓÍ_ø)Åsø9r&ur tûüÅsÎ=»¢Á9$$Î/ ÇÊÉÊÈ
(Ya Tuhan) Pencipta langit dan
bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang
saleh.
Hamba yang beriman sangat menyadari bahwa
kematian akan menjadi penutup segala kebaikan
yang bisa dilakukan selama hidup. Oleh karena itu dia selalu menyibukkan
dirinya dengan ketaatan, terus menerus ibadah, sujud dan tunduk kepada Allah
SWT. Dia tidak ingin kesempatan hidup dan beribadah yang sementara ini berlalu
sia-sia. Dia selalu sadar, dunia adalah tempat menanam sebanyak-banyaknya amal
untuk dibawa kehadapan Allah SWT.
Berhati-hatilah
terhadap kematian dikampung ini sebelum kamu berada di sebuah kampung, dimana
kau berharap kematian tetapi tidak akan mendapatkannya
(Nasehat
eorang Shalafusshalih)
Sesungguhnya
kematian adalah musibah terbesar yang memutus kelezatan dunia. Sebelum dia datang
menghampiri, berazamlah untuk selalu siap dalam kondisi terbaik untuk
menyambutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....