-->

SMS Gratis

Selasa, 30 Oktober 2012

Qurban dan Pengorbanan


Eis Purwanti

Pengorbanan. Kata dasarnya adalah korban. Yaaaa semua orang pasti tau itu atuh. So… apa gerangan dengan pengorbanan. Hmm,,, let’s check this out,,,monggo-monggo.

Korban dalam kamus besar bahasa Indonesia (2006: 393) berarti sesuatu (orang, binatang dsb) yang menjadi penderita karena dikenai perbuatan atau kejadian; disamakan juga dengan kurban. Korban  mendapatkan kata sisipan pe-dan-an menjadi pengorbanan, dalam referensi yang sama berarti proses, cara dan perbuatan mengorbankan. Jadi pengorbanan erat kaitannya dengan mengorbankan sesuatu hal atau merelakan sesuatu yang kita miliki.

Orang besar memerlukan pengorbanan besar juga. Tentunya berbeda pengorbanan orang yang berprestasi dengan orang yang tidak berprestasi. Orang berprestasi berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya dengan mengorbankan segala sesuatunya diantaranya waktu, tenaga, dan uang, hhe… kadang-kadang kesehatan. Orang  fisika mengatakan usaha berbanding lurus dengan pengorbanan. Semakin besar usaha yang kita lakukan semakin banyak pulalah pengorbanan yang akan kita berikan. Namun tentunya tidak bisa disamakan usaha orang yang mencontek demi mendapatkan nilai yang tinggi. Itu mah curang. Mendapatkan nilai tinggi tapi mengorbankan harga diri dan rugi di mata manusia terutama di mata Allah,,,fuiih sangat disayangkan. Jadi proses untuk menuju jalan pengorbanan itu banyak pilihan, mau pengorbanan yang sia-sia atau pengorbanan penuh hikmah?? “It’s depend on you!”.

Pada abad 19,  ada seorang tokoh yang perlu kita maknai pengorbanannya. Ia adalah Sayyid Qutb. Beliau adalah seorang ilmuwan, sastrawan, ahli tafsir sekaligus pemikir dari Mesir.  Penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlas kepada-Nya, Studi di banyak tempat di beberapa negara yang dilakukannya memberi satu kesimpulan pada Sayyid Qutb yaitu hukum dan ilmu Allah saja muaranya. Singkat cerita, pada saat itu beliau mengkritik keras pemerintahan Mesir tepatnya Presiden Mesir.  Sejak saat itu kekejaman penguasa bertubi-tubi dialaminya. Dipenjara dengan alasan akan menggulingkan pemerintahan yang sah. Dipenjara lebih dari 15 tahun berpindah-pindah dari penjara satu ke penjara lainnya dan selalu penyiksaan yang diterimanya. Hingga akhirnya beliau dijatuhi hukuman mati. Pada detik-detik pelaksananaan hukuman ada seorang perwira membujuknya untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya kepada penguasa pada saat itu, namun beliau tetap teguh dengan keyakinannya. Akhirnya beliau gugur di Jalan Allah dengan tersenyum dan pengorbanannya mulia di mata Allah. Insya Allah. Ternyata, berjuang dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tidak semua niat baik dapat diterima. Begitulah pada abad ini yang penuh kejanggalan dan propaganda.

Nah, ini merupakan kisah yang sangat melegenda tapi ini bukan legenda yang dari mulut ke mulut that no one other knows yang membawa ceritanya tapi legenda ini sudah dari mulut ke mulut dan sudah termaktub dalam buku agung nan suci yakni al-qur’an yang tidak kita ragukan lagi kebenarannya.

Dialah Nabi Ibrahim AS yang mengorbankan anak tercintanya Nabi Ismail AS yang sudah ditunggunya dalam penantian yang lama. Pada saat ini, peristiwa itu memang sulit untuk diterima terutama orang awam. Mana ada sih seorang ayah rela mengorbankan anaknya untuk disembelih. Tapi kalau kita telusuri peristiwa pada saat ini, dizaman edan ini ada yang lebih parah lagi. Ada ayah yang menjual anaknya, membunuh, memperkosa, mensodomi, cukup cukup cukup tak tahan mendengarnya.  Tapi hal ini tidak bisa disandingkan dengan kisah Nabi Ibrahim as. Jika nabi Ibrahim as mendapatkan tugas suci nan mulia sedangkan orang-orang itu melakukan tugas yang bejat nan mudharat.

            Nabi Ibrahim merupakan Sang Sahabat Tuhan. Ungkapan ini dikutip dari buku karangan Dr. Jerald F. Dirk. Nabi Ibrahim AS menganut agama tauhid saat ia berusia 14 tahun  ketika ia melakukan  perenungan terhadap alam semesta dan atas  bimbingan dari Allah SWT. Selanjutnya beliau berdakwah menghadapi berhala-berhala   dan penguasa-penguasa pada zaman itu. Pada saat itulah bertepatan usianya 16 tahun beliau dilemparkan ke kobaran api namun dengan mukjizat Allah beliau diselamatkan. Ujian bagi Nabi Ibrahim tak kunjung berhenti, Pada usia kakek-kakek ternyata beliau masih belum dikaruniai anak dan akhirnya dengan penantian sabar melalui Siti Hajar istrinya beliau dikaruniai anak yang bernama Ismail. Namun ujian bagi Nabi Ibrahim belum berakhir, untuk mengurangi konflik antara Siti Sarah dan Siti Hajar dan atas perintah Allah beliau mengantar Siti Hajar dan anaknya Ismail ke Mekah yang sebelumnya menetap di Palestina. “Bayangkan Sob, berjalan dari Palestina menuju Mekah..jauuuuh, jadi  harus bilang waaaw gitu”. 
Disinilah pengorbanan yang paling berat diuji dari sekian banyaknya pengorbanan yang beliau lakukan.   Memutuskan dua perkara ini sangatlah berat dan sebagai manusia pasti mengalami konflik batin. Tidak jadi menyembelih Ismail berarti beliau mengabaikan perintah Allah, beliau yang sejak anak-anak sudah beriman, maka ia akan menyesal. Memilih menyembelih Ismail, dan Ismail akan mati, maka ia pun akan menyesal. Inilah pilihan yang sama-sama berat. Tetapi ia mengedepankan iman kepada Tuhan. Cintanya pada Allah melebihi cintanya pada dunia (anaknya). Dan itulah keputusan yang paling tepat.

            Nabi Ibrahim bertutur dalam Al-Qur’an, “ Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatku termasuk orang yang sabar”.  Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah), Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar  suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor  sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. As-Saffat 102-110)

Ketika senjata tajam digesekan ke leher Ismail, Allah menggantinya dengan seekor kambing yang besar. Hal ini menjadi sunnah ibadah qurban yang kita laksanakan pada hari ‘Idul Adha atau biasa disebut juga dengan hari Raya Kurban. Oleh karena itu umat muslim pada  hari Raya Kurban ini mengurbankan hewan qurban seperti yang lazim adalah sapi dan kambing untuk dibagikan kepada saudara-saudara yang berhak mendapatkannya agar tercipta rasa peduli terhadap sesama dan terjalin silaturrahim.

Kalau bagi yang mampu bisalah membeli hewan qurban at least kambing. Tapi bagi kelas menengah ke bawah ataupun mahasiswa yang kepengen merasakan pahala ditiap lembaran bulu –bulu hewan qurban,, How?? Calm down sob, banyak jalan menuju Roma. Tentunya di tempat sob adakan membuka ‘layanan qurban’. Disitu kita tidak diharuskan membeli satu hewan qurban, kita bisa berbagi dengan teman lainnya lewat infaq qurban misalnya sehingga bisa terkumpul uangnya.

Pesan yang terkandung dalam hari raya kurban tidak hanya sekedar ajakan mengorbankan harta untuk menyembelih hewan kurban tetapi banyak pesan yang tersirat dari peristiwa sejarah hari raya kurban itu, diantaranya saling-mengasihi dan tolong-menolong antara si kaya dan si miskin, orang  kaya dengan ikhlas menyedekahkan hartanya pada orang miskin dan siap  berkorban demi kepentingan agama dan bangsa. Seharusnya sikap pengorbanan ini tidak hanya diaplikasikan pada momen hari raya kurban  tapi dalam kehidupan sehari-hari juga. Wallahu a’lam bis showab.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....