Akhiarden KPK
Sahabat,
kali
ini aku ingin menulis tentang anak. Meskipun aku belum menikah dan memilikinya.
Bukankah tak salah kita membahas suatu topik meskipun kita belum mengalami atau
merasakan topik yang kita bicarakan tersebut. Bukankah ketika kita ingin
membahas tema tentang kematian,peristiwa mati, kejadian sesudah mati, kita tak
mesti mati terlebih dahulu? Bukankah ketika kita mau menuliskan tentang kiamat,
kita tak mesti merasakan dahulu dahsyatnya hari kiamat. Betul ?
Sahabat,
Tahukah
Anda , kita bisa memiliki anak meskipun kita belum menikah? Kok bisa?
Apa sih yang tak bisa terjadi dalam
hidup ini. Terlalu banyak keajaiban yang bisa jadi beratus-ratus halaman tak akan cukup untuk
menuliskannya. Sekali lagi kita berhak memiliki anak ini meskipun kita belum
menikah. Meskipun kita tak pernah mengandungnya selama sembilan bulan. Meskipun
kita tak menyusuinya. Meskipun kita tak pernah menginabobokannya saat
menejelang tidurnya. Meskipun kita tak harus membanting tulang memenuhi
kebutuhannya. Meskipun kita sama sekali tak pernah membiayai sekolah atau
kuliahnya. Lebih hebatnya lagi, kita bisa menjadi orang tua bagi anak-anak ini
meskipun usia mereka berpuluh-puluh tahun umurnya diatas kita
Wah anak apakah ini? Apakah anak-anak
seperti ini nyata dan ada dibumi?
Anak yang saya deskripsikan diatas
adalah anak-anak Dakwah. Anak-anak Jariyah. Anak-anak yang akan mengalirkan
pahala tiada putus-putusnya kepada orang tuannya. Anak-anak yang dilahirkan
dari rahim dakwah. Anak-anak dakwah yang akan melahirkan cucu dan cicit dakwah
dan cicit-cicit dakwah selanjutnya. Sebuah keluarga dakwah yang mengalirkan
pahala jariyah yang tiada putus-putusnya.
Alhamdulillah ya, sesuatu banget jika
kita bisa memiliki anak-anak dakwah yang selanjutnya juga akan melanjutkan
keluarga dakwah berpuluh-puluh tahun hingga kiamat nanti. Walau kita sebagai
orang tuanya telah terkubur ratusan tahun ternyata limpahan pahala akan
mengalir tiada putus-putusnya hingga dunia berakhir.
Sahabat,
Anak-anak dakwah adalah anak-anak yang
kita rekrut dan bina untuk menjadi kader dakwah selanjutnya. Anak-anak yang
kita ajarkan kebaikan kepadanya kemudian dia mengajarkannya kepada yang lain.
Anak-anak dakwah yang meskipun tidak ada kesamaan DNA, dia kita bimbing sepenuh
hati untuk menjadi manusia hebat yang juga akan menghebatkan orang lain.
Sejatinya kita hari ini juga anak-anak dakwah dari orang tua-orang tua kita
yang ikhlas membina sepenuh hati. Subhanallah kenapa Abu Bakar dapat penghargaan
tertinggi dalam hal balasan pahala hingga jika ditimbang pahala Abu Bakar
dengan pahala seluruh orang beriman selain Rasulullah, timbangan amal Abu Bakar
lebih berat. Jawaban nya sederhana, karena Abu Bakar telah sukses menjadi orang
tua dari anak-anak Dakwah sekelas Ustman Bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Abdurahman bin Auf dan anak-anak dakwah hebat lainnya. Kemudian anak-anak itu
menyebar ke muka bumi menyampaiakan
kebaikan dan merekrut serta membina anak-abak dakwah baru. Amalan-amalan hebat
dari anak-anak dakwah itu juga bisa dinikmati oleh orang tuanya tanpa
mengurangi sedikitpun amalan hebat yang telah dilakukannya.
Sahabat,
Sudahkah
kita hari ini memiliki anak-anak dakwah? Jika belum carilah dan pantaskan diri
untuk menjadi orang tua yang baik untuknya. Binalah mereka dengan energi
ketulusan yang kau miliki. Binalah mereka dengan pengorbanan diatas rata-rata.
Jadilah kau pegangan dalam titian jalannya menuju surga. Jangan kau lepaskan
pegangan titian itu hingga dia mampu berjalan sendiri. Hingga saatnya dia
menjadi pegangan bagi titian yang dilalalui oleh anak-anak dakwahnya. Hingga
anak-anak dakwahnya juga akan melahirkan anak-anak dakwah baru. Hingga
anak-anak dakwah akan selalu lahir mewarnai muka bumi.
Sahabat seringkali kita menunda untuk
memiliki anak dakwah. Padahal peluang itu hampir setiap detik ada dihadapan
kita. Ada sebuah pepatah yang mengatakan, banyak anak banyak rezeki. Ayo kita
perbanyak anak dakwah kita karena Rasulullah sendiri bangga pada umatnya yang
memiliki banyak anak.
Betapa banyak anak-anak terlantar
tanpa ada yang mau mengurusnya. Mereka masih sering meninggalkan sholat, masih
terbiasa membuka aurat, masih terbawa budaya-budaya barat yang terkadang
menyalahi kodrat. Sementara dirumahnya mereka juga memiliki orang tua yang tak
peduli dengan perkembangan dirinya. Kalau sudah seperti ini siapa yang lagi
yang akan mengurusnya kalau bukan kau wahai para pejuang dakwah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....