-->

SMS Gratis

Minggu, 15 April 2012

Tersesat di Madura

Akhiarden Kpk**
Minggu malam, 29 Januari 2012, sehabis sholat magrib dan tilawah surah Ar Rahman. Aku memutuskan untuk jalan-jalan menikmati suasana malam di kota Pemekasan. Sembari mencari makanan untuk mengganjal perut yang sudah sedari sore ingin diisi. Tujuan keduanya aku ingin membeli rambutan, sejak sore tadi aku memang berkeinginan membelinya namun tak sempat karena harus buru-buru ke Pantai bersama teman-teman SBS Pemekasan. Pulangnya pun pada saat adzan magrib telah berkumandang. Berbeda dengan kota Malang yang toko makanannya serba murah dan melimpah, di Pemekasan rumah makannya sedikit dan cukup mahal. Sejak di Pemekasan aku belum menyentuh makanan nasi plus lauknya. Malam hari sejak tiba di terminal aku makan bakso tenis. Rasanya tenis banget, menggelinding tak jelas. Kuahnya sedikit dan tidak ada mie kuning dan sayurnya. Namun karena lapar makanan tersebut mudah saja dihabiskan. Besok paginya saya sarapan pecal nasi. Siangnya rujak cingur, makanan khas daerah Jawa Timur, tepatnya makanan khas dari Pulau Madura ini. Beruntung aku bisa memakannya dari daerah asalnya langsung, tapi rasanya tidak terlalu cocok dengan lidah Melayu ku, lagi-lagi karena lapar mudah saja makanan tersebut tembus di kerongkongan.

Subhanallah suasana kota Pemekasan malam hari sangat indah. Dengan berjalan kaki aku menyusuri jalanan trotoarnya. Terang benderang cahaya lampu dan ramainya suasana malam menambah semangatku untuk menjelajahi beberapa sudut kota meski dengan berjalan kaki dan tanpa pemandu jalan. Aku telah memutuskan untuk membeli rambutan dan beberapa barang menarik yang mungkin cocok dengan keadaan kantong. Paling penting aku ingin membeli makanan untuk mengisi kekosongan ruang di lambung. Satu kesalahan kecil yang kelak berakibat besar yang aku lakukan adalah tidak mencatat atau tepatnya tidak mengingat nama gang tempat aku menginap (kantor SBS Pemakasan-red). Ini akan menjadi pelajaran penting buat aku di masa mendatang, hal pertama yang harus dilakukan ketika bertamu di kota lain adalah menghapal nama gang dan jalan tempat kita menginap. Tapi sudah terlanjur jadi aku putuskan tetap berjalan menuju tempat menarik untuk disinggahi.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya tempat yang menjual rambutan yang aku tuju ada di hadapan. Aku memutuskan berhenti sejenak dan membeli 2 kilo rambutan. Pasti rambutannya enak, minimal mendekati rasa rambutan Pontianak. Ternyata dugaanku melesat rasanya cukup asam. Kata penjualnya ini bukan rambutan Madura tapi rambutan dari Jember. Tapi tetap memberikan sensasi rasa yang nikmat. Karena aku memang lapar, lagi-lagi semua makanan di Madura terasa atau dipaksakan menjadi enak karena aku dalam kondisi lapar dan haus. Jadilah rambutan itu aku makan ditempat transaksi sambil bertanya beberapa hal yang ingin aku ketahui dari penjualnya. Biasalah basa-basi mengisi kebekuan komunikasi. Ini penting dilakukan dimana saja kau berada dan bertemu dengan siapa saja. Bukankah semakin banyak teman, semakin banyak kenalan semakin luas dunia ini. Asyik ya dimana-mana punya teman atau minimal jaringan yang bisa memberikan informasi lengkap tentang kotanya. Semakin banyak tahu kita tentang keadaan kota tersebut semakin sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk mengelilinginya..

Setelah puas makan rambutan aku segera melanjutkan perjalanan memutar mencari rumah makan enak dan murah. Perut sudah tak mau kompromi untuk segera diisi. Lama berjalan menyisari dan melewati beberapa rumah makan akhirnya aku bertemu dengan rumah makan yang pas. Tepatnya pas dengan kondisi kantong hehe. Tempat makan yang kupilih ini terletak dipinggir jalan diatas trotoar didepan rumah penduduk. Sebentar lagi nyanyian kampoenk tengah pasti akan berhenti. Namun nasi goreng yang ditunggu cukup lama jadinya. Kerana penjualnya focus ngerjain pesanan dari orang-orang yang datang sebelumnya. Jadilah aku mesti bersabar sementara perihnya rasa lapar semakin melilit. Aku putuskan untuk mengganjalnya dengan krupuk-krupuk yang terpajang manis di depanku. Akhirnya setelah cukup lama menunggu nasi goreng yang ditunggu datang juga. Rasanya sedikit lebih baik dari makanan yang aku makan sebelumnya selama di Pemekasan. Namun tetap ada kurangnya, kurang banyak…hehe. Setelah menuntaskan nasi goreng tersebut aku membeli beberapa kerupuk untuk teman-teman dikantor.

Setelah proses pembayaran selesai aku memutuskan untuk langsung pulang ke kantor. Saya memasuki gang yang aku yakin gang aku keluar pertema kalinya setelah sholat magrib tadi. Namun setelah lama berjalan aku mendapati keanehan masjid yang seharusnya kokoh berdiri di pertengahan gang yang menjadi petunjuk menuju kantor SBS Pemekasan ternyata tak kunjung nampak batang hidungnya. Waduh…gawat bisa berabe ni urusannya kalau saya tersesat. Ini perjalanan pertema lho di kota indah ini. Aku juga tak punya sanak saudara disini hehe. Dan ternyata hipotesisku benar, aku benar-benar tersesat. Gang yang aku masuki ini bukan gang yang kulewati saat keluar tadi. Aku memutuskan untuk mencari jalan yang memungkinkan aku bisa ke gang yang diinginkan. Setelah lama melewati jalan ini justru aku mendapati gang yang sempit, sepi dan dipenuhi dengan rumpun bamboo. Pasti ini bukan gang yang aku inginkan. Saya kembali memutar haluan mencoba peruntungan mencari jalan keluar dari gang yang lain ternyata gang yang kedua malah semakin sepi, semakin banyak rumpun bamboo, rumah sedikit dan ini yang cukup menyeramkan, ada kuburannya. Aku tidak cukup berani untuk meneruskan perjalanan melalui jalan ini. Segera Aku memutuskan untuk kembali ke jalan pertama yang kulewati. Selanjutnya aku mencoba jalur ketiga yang aku yakini adalah jalan keluar yang diinginkan. Ternyata jalan ini buntu dan berakhir lagi-lagi di kuburan. Tiga kali mencari jalan pulang tiga kali berakhir di kuburan. Karena tak enak dilihat orang jika aku kembali ke jalur sebelumnya kuputuskan mencari jalur yang lain. Alhamdulillah aku mendapati jalan yang cukup besar namun kondisinya masih lengang dan masih dipenuhi dengan rumpun-rumpun bambu. Lagi-lagi saya bertemu kuburan.

Subhanallah, suasana hati semakin tak karuan. Campuran gelisah, resah, takut, dan galau menjadi satu. Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan? Sudah hampir satu jam aku berputar-putar disini. Hanya satu orang didunia ini yang aku kabari tentang petualangan sesat ini. Dan akan terus aku hubungi untuk menemaniku menemukan jalan pulang. Lumayanlah untuk sedikit mengurangi rasa takut. Setidaknya ada teman bagiku untuk berbagi cerita dan tentunya bisa menyemangatiku untuk menemukan jalan keluar. Sementara mulutku komat-kamit berdoa memohon ampun pada Allah atas dosa yang telah kulakukan. Aku tak mengabari teman-teman SBS dikantor yang saat itu sedang ada kegiatan. Alasannya Aku tak mau kisah memalukan ini diketahui mereka. Pasti aku ditertawakan dan ini akan menjadi headline berita SBS Nasional. Timnas SBS tersesat di Madura…hehe.

Dan aku tidak mau itu terjadi. Intinya aku ingin tak satupun orang yang tahu bahwa aku tersesat disini. Namun perasaaan takut semakin memuncak. Jalanan yang kulewati semakin sepi. Mau bertanya kepada orang dimana jalan pulang, aku tak tahu nama gang kantor SBS. Kalau prinsipku biasanya malu bertanya sesat dijalan. Tapi kali ini apa yang mau ditanyakan. Nama gangnya tak tahu. Nama jalannya tak tahu. Sekarang prinsipnya berubah, sesat bertanya membingungkan semua orang dan akan mendatangkan malu. Sementara kaki sudah semakin letih untuk dilangkahkan. Tak terasa sudah satu jam setengah aku menikmati perjalanan tersesat ini. Tanda-tanda petunjuk tak kunjung datang. Kuburan-kuburan demi kuburan telah dilewati.

Ya Allah tunjukkan hamba ke jalan yang lurus. Tunjukkan hamba jalan pulang.

Ditengah kekalutan hati yang semakin bertambah Alhamdulillah ada secercah sinar di mataku. Sinar itu semakin jelas dan menunjukkanku jalan yang besar. Hatiku menjadi sedikit gembira. Setidaknya ini lebih menenangkan. Apalagi di depanku ada kantor polisi. Tapi lagi-lagi aku malu mengadu disana, aku tak tahu mana tempat yang harus aku tuju. Alamatnya tak tahu.

Aku memutuskn untuk menemukan jalan pulang dengan caraku sendiri. Tak ingin bertanya dengan siapapun. Aku yakin sukses harus dialui dengan usahaku sendiri. Tak akan bergantung dengan siapapun. Jika ingin sukses aku harus bekerja keras untuk menggapai apa yang diimpikan. Begitu juga dengan situasi yang aku hadapi sekarang, jika ingin menemukan jalan pulang. Aku harus berusaha sendiri menemukannya. Ada dua pilihan jalan . Jalan ke kanan dan kekiri. Saya memilih jalan kekiri. Setelah cukup jauh melewati jalan besar ini ternyata kondisinya semakin sepi. Hanya ada satu dua mobil yang lewat. Mungkin ini jalan menuju kabupaten Sumenep. Kuputuskan untuk memutar haluan. Sementara kaki semakin lelah dan berat untuk dilangkahkan. Mata semakin kuat ingin ditidurkan. Tapi perjalanan mesti dilanjutkan.

Alhamdulillah setelah cukup lama berjalan, Aku mendapati sebuah pusat keramaian yang pastinya semua orang di Pamekasan mengetahuinya, “Supermarket Golden”. Aku yakin perjalanan sesatku berakhir disini. Aku hanya perlu memikirkan scenario yang akan aku mainkan jika ada yang bertanya. Kuputuskan untuk duduk tepat diseberang Supermarket Golden dan makan rambutan. Sementara scenario sudah ada menari-nari di otakku. Mamang becak yang mangkal di seberang jalan menawariku jasanya. Tapi aku tak berminat.

Tak lama hp ku bergetar.
Ada panggilan masuk dari temanku. Segera kuangkat, ini peluang.

Teman : Halo coy gi dimana?
Aku : Lagi diSupermarket Golden
Teman : Qt mau pergi ke “Api g Kunjung Padam ,ni. Pe bwt kw disana?
Aku : Jalan-jalan lah, sape tahu ada barang bagus.
Kita’ kesini nlah. Saya tunggu ya
Teman : Ok…tunggu jak disana. Nanti kami kesana
Sardini : Ok

Telepon ini telah menguatkan skenarioku. Mereka tidak boleh tahu tentang kisah perjalanan tersesatku. Akupun memutuskan untuk masuk ke swlayan mencari pembersih muka. Melengkapi penampilan aktingku agar mereka benar-benar percaya kalau saya hanya berjalan-jalan disini. Bukan karena sesat hehe. Setelah membeli pembersih muka aku mencari WC dan membersihkan wajah dan menyisiri tatanan rambut. Setelah cukup rapi dan panampilan sedikit meyakinkan dari sebelumnya, aku keluar dari supermarket dan menunggu di post penjagaan. Tak lama ada sms dari temanku kalau mereka sekarang sedang di warung sate dekat supermarket Golden. Akupun memutuskan kesana sembari mengisi lagi energi yang tadinya banyak habis. Alhamdulillah ketemu Nike, Fariq dan Taufik. Mereka sedang berdiskusi. Melihat kehadiranku mereka tersenyum dan tetap melanjutkan diskusinya.

Darimana Mr? Tanya Taufik .Mr. dari supermarket Golden? Kok bisa disini Mr.? Emang tahu jalannya?

Tahu dong, tadi jalan-jalan sambil menikmati kota dan alhamdulilah ketemu dengan supermarket ini. Jadi berhenti sebentar cari barang, jawabku dengan ekspresi meyakinkan…

Oo…sip. Semuanya mengangguk paham. Dan akupun tersenyum penuh kemenangan. Petualangan tersesat hampir dua jam tidak diketahui mereka.

Selanjutnya kami menyantap sate dan rambutan plus kerupuk yang telah saya beli sebelum tersesat lagi. Setelah makan dan mb Ruru sang bigbos SBS Pamekasan datang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju “Api tak kunjung Padam”

Sebuah catatan perjalanan yang menegangkan. Semoga bisa jadi pembelajaran untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya

29 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....