-->

SMS Gratis

Jumat, 27 April 2012

Story Of Sang Pemilik Ilmu

Warami Nurbiyanti **
Kakiku terasa berat melangkah, seperti ada seribu makhluk malas yang menempel dikakiku. Mereka seakan-akan merasuki jiwaku yang tak bernyawa hinggalah aku malas dibuatnya. Ibuku berteriak-teriak dari arah luar kamarku, sembari menggedor-gedor pintu kamarku.“ Rudi ooooo Rudi, macam mana kau ni nak. Tiap pagi dibangunkan jak terus, dak malu kah nak didengar tetangga, tiap pagi rumah ni ke rumah nijak terus yang ribut bangunkan kau”. Terdengar jelas suara omelan ibuku dari arah luar kamarku.Aku sih sebenarnya sudah bangun, tetapi untuk beranjak bangun dari tempat tidur dan melangkah untuk mandi itupun malas benar rasanya. Pastilah hari ini aku terlambat lagi deh. Emmmm biar aja dah. “lagi-lagi Rudi”, yah selalu seperti itulah dosen berkata padaku ketika memergokiku telat. Rudi Ardiansyah. Itu nama pemberian kedua orang tuaku, 19 tahun yang lalu aku terlahir di Bumi Khatulistiwa ini. Sebenarnya aku ini hidup untuk apa sih? makan untuk hidup atau hidup untuk makan. Aku pun bingung. Padahal umurku sudah 19 tahun, sudah sepantasnya aku ini dewasa. Kata orang-orang, aku ini anak mamakku yang paling cakep tapi kata mereka juga aku yang paling nakal. Hahahahaha..... Aku mah kagak peduli lah omongan orang, yang penting aku jalani hidup ini dengan santai aja. Kuambil handuk dan kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Wah celap sekali pagi ini,tetapi aku hantam sajalah. Air dingin itu kubiarkan saja mengalir ke tubuhku dari shower yang ada dikamar mandi. Sedangkan diluar, masih saja kudengar omelan ibuku. Ibu,,,,,ibu walaupun engkau terdengar cerewet dimataku, engkau tetap yang kusayang. Biar kata orang aku ini bandel,tetapi yang tak bisa aku lakukan adalah melawan kedua orang tuaku. “Ooo mak ai,,,,bayaham ngomel pagi-pagi, nanti cantiknya hilang pula”. Gurauku kepada ibuku dari arah dalam kamar mandi, dan ibuku pun tiba-tiba berhenti mengomel. emmm,,, lega. .................................................................................. Waduh,ruanganku jauh sekali,aku lupa kalau hari ini kuliahnya di gedung E gumanku dalam hati. Dengan langkah cepat aku bergerak dan bergegas,seperti dikejar-kejar polisi saja aku ini. “Rudi lagi, Rudi lagi” tiba-tiba bapak dosen itu keluar dari arah kelasku dan langsung menegurku, padahal kakiku ini belum sampai masuk ke kelas. Kubalas dengan senyuman saja perkataan dosen itu. Cuek sajalah, kutampakkan wajah tak berdosaku. “Bapak tu mau kemana woy....” Tanyaku kepada Reni teman sekelasku. “Way woy way woy, orang punya nama kali boy” balasnya dengan ketus sambil berlalu dan duduk di kursi yang ada didekatnya. “Emmmm,,,, iyalah Reni yang cantik, Reni yang langsing, bapak tu tadi kemana?” “Langsing kayak aku, gendutnya macam mana?”Mendengar celetukan Reni itu teman-temanku jadi tertawa puas. Reni ini sebenarnya tidak langsing, justru Reni ini wanita paling subur di kelasku alias bongsor. Tapi aku suka saja menggoda dirinya. “Dari pada kau, muke cakep, tampang keren, tapi bah malas e tu dah dak bisa dipedah agik. Mau jadi apa kalo kau gitu terus. Bagus kau gantikan Patung Bujang Beji jak sana”. Kubalas lagi dengan nad meledek “Aku mau jadi Reni, mau jadi gendut” aku pun tertawa sendiri mendengar jawabanku itu. Tiba-tiba Reni berdiri dihadapanku dan berkata........... “Eh pak Rudi, saye bilang ye pak. Mamak ma bapak kau tu letih-letih bangun pagi, dah tu pergi ke pasar, bedagang sampai sore. Sadar dak tu untuk sapa? pasti kau dak sadar. habis telinga kau tu tak pernah bayar pajak. Untuk biayain kau sekolah Rud, untuk hidup dan kebutuhan kau. Tapi kau balas apa coba? kau balas dengan gaya kau sekarang ni. Kau bangga kah dikasih predikat mahasiswa bandel? kalo aku mah malu oy. Kau ke kampus ni niat dak sih? Kita tak tau umur Rud, kalo Tuhan ambil nyawa orang tua kau duluan macam mane? Nangis darah kali kau. Aku bilang gini karna aku sayang kau teman”. Panjang lebar Reni berkata di hadapanku, omelannya melebihi omelan mamakku. Sejenak ku renungkan perkataan Reni itu. Tidak ada yang salah dengan omongannya. Dan aku memang seperti yang diucapakan Reni. Aku tidak tersinggung dan aku tidak membalas ucapannya. Aku memang dikenal sebagai mahasiswa bandel, sebenarnya aku tidak bangga, tapi aku merasa biasa saja dengan predikat itu.Kalimat yeng paling menggetarkan hatiku ketika Reni mengatakan bagaimana jika kedua orang tuaku tiba-tiba meninggalkanku untuk selamanya. Sedih sekali hati ini. Reni tau meskipun aku seperti ini namun aku tak bisa pisah jauh dari kedua orang tuaku. aku sangat menyayangi mereka. Dan bapak dosen itu pun kembali lagi ke kelasku. Suasana belajarpun kembali normal lagi. Sama seperti mata kuliah lainnya, aku tidak terlalu merespon penjelasan dosen-dosen itu. Aku terlalu meremehkan apapun yang ada di hadapanku, dan jarang sekali merespon meski itu hal sensitif. Perkuliahanpun usai.............. Aku menghampiri Reni yang sedang menunggu jemputan ayahnya. “Ren, aku minta maaf ya, karna tadi cara begurau aku terlalu berlebihan, sebenarnya aku cuma begurau aja Ren. Hinggalah sampai kau ngomelkan aku macam mamak aku jak” “Halah Rud, tak apa beh, santai magang jak. aku dak marah kok, akupun minta maaf ya udah ngomelin kau kaya tadi” “Dak apa juga Ren, dak ada yang salah dengan perkataan kau tadi. Memang semuanya benar. justru omongan kau tadi tu rasanya buat aku jadi agak mulai paham untuk apa aku ni hidup?” “iyalah Rud, hidupmu untuk makan jak kan? kan kata mamak kau, kau tu anak mamak kau yang paling cakep. Tapi cerdas dak?” ejek Rini lagi padaku. “iyelah, mang kau jak lah yang paling pintar. Aku senang siang ni Ren” “Senang ngapa?” “aku senang duduk di samping truk gandeng”. mendengar ucapanku itu, Kami jadi tertawa bersama di ruang tunggu itu. Suara kami berdua saja yang paling ribut. Rini,,, Rini kau memang teman terbaikku. Terima kasih sahabat, kritikan orang selama ini tak pernah kuhiraukan. tapi justru kritikan dibalik candaanmu itu yang mampu menggetarkan hatiku akan pentingnya mencari ilmu, tak hanya datang. duduk, diam jak dalam kelas tu. tapi datang, dengar, dan pintar. .................................................. “Tumben anak bapak yang cakep ni datang ke warung. Nak minta duit kah apa nak?” Ejek bapakku sampil mengelus-ngelus rambutku. “Bapak tau jak. Abang mang mau minta duit. Tapi untuk beli buku boleh kan pak? “Buku apa sayang?” mamakku pun ikut bertanya juga. “Buku tentang mata kuliah yang abang ambillah mak. Tapi kata Reni bukunya tu rata-rata adanya di Pontianak, dak ada di Sintang”. “Oh iyalah. Tar minta tolong kakak aja ya doy yang beli, kakak kan di sana pasti tau tempatnya. Tar mamak telfon kakak ya, tapi tunggu dah pulang bedagang ni”. Aku pun mengangguk tanda setuju. Aku jarang sekali datang ke warung orang tuaku ini, padahal dari warung inilah Tuhan memberikan rezeki kepada kedua orang tuaku untuk membiayai kami. Sambil makan siang aku memperhatikan kedua orang tuaku yang sedang melayani para pembeli. Terlihat keletihan diwajah mereka, dengan rambut yang telah di tumbuhin oleh uban-uban putih. keringat keletihan itu kadang bercucuran diwajah kedua orang tuaku. tetapi mereka tetap tersenyum di depan orang-orang yang belanja. Y Allah, sungguh aku telah membalas semua keringat kedua orang tuaku dengan kesia-siaan. Aku jarang sekali mengikuti kehendak mereka. Miris sekali aku melihat tingkahku selama ini. Aku berkata kalau aku sayang mamak dan bapakku, tapi rasa sayang itu tak pernah aku tampakkan. Mereka selalu mengiyakan keinginanku, terkecuali jika memang ibuku tidak ada uang, tapi balasanku apa????? Semakin ku mengingat-ingat kesalahanku rasanya semakin cepat aku ingin memperbaiki diriku. Ya, itulah janji yang ku tulis di dalam hatiku, dan akan aku buktikan dengan sikap dan tingkah lakuku. ........................................................... Meski teman-temanku memberikan aku predikat mahasiswa bandel, dan pemalas. tapi aku tak pernah meninggalkan sholat. Hanya saja biasanya habis sholat subuh aku langsung tidur, tapi pagi ini aku tak ingin mengikuti hawa nafsuku untuk tidur kembali. Aku ingin mengantar ibuku ke warung dan berbenah rumah. Melihatku bangun pagi, dan mengantar mamakku kepasar, tapi mamak kok gak ada komentar ya? Emmmm sudahlah. Sebelum ke kampus, mamak menyuruhku sarapan terlebih dahulu. Aku pun sarapan dengan penuh rasa semangat, dan segera ku bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Aku menghidupkan motor, dan ku panaskan sejenak motorku. Kali ini aku tak ingin telat ke kampus. Wah ternyata benar, aku tidak telat. justru aku menusia pertama yang hadir di kelasku. Emmm inilah akibat tidak ada jadwal mata kuliah, awal yang baik. Tak apalah, aku pun duduk di depan kelasku. Teman-temanku satu per satu pun hadir. Terlihat keanehan di wajah mereka, “Tumben,,,, tumben,,, tumben,,,” kata itu yang mereka lempar untukku. Aku hanya membalas dengan senyuman, kali ini aku tak ingin membalas omongan mereka, sudah terlalu sering aku membalas perkataan mereka. Suasana kelas begitu hangat, kulihat mereka saling bercerita, entah apa yang dicerita. aku mencoba ikut bergabung dan mereka menerimaku dengan baik. Teman di kelasku memang baik-baik, hanya aku saja yang terkadang jarang merespon mereka. Ternyata enak juga seperti ini saling bercanda dan tertawa riang. Lagi asyik-asyiknya bercerita, HP ku bergetar ternyata ada SMS dari mamakku. : Anak mamak yang paling cakep, yang rajin ya nak kuliahnya. Abang anak mamak yang paling pintar. Mamak selalu berdoa semoga Allah menjauhkan abang dari segala yang ingin mencelakai abang. Allah pasti kabulkan doa mamak kan bang? Hari ini mamak yakin abang bisa jauh lebih baik dari hari kemarin. Abang tu pintar, cuma abang belum sadar jak kalau abang tu pintar. Semoga abang nanti jadi pemilik ilmu ya nak ya, anak mamak yang bisa jadi orang sukses. Mamak tunggu abang wisuda nanti, insya Allah” Air mata ku mengalir membaca SMS itu. Aku menangis. AMIIIN mak. Semoga abang bisa jadi pemilik ilmu, gumanku dalam hati. ............................................................................................................................................. The End Keterangan arti: Celap = Dingin, Bayaham = Jangan, Dipedah agik = Dibilang lagi. { Bahasa Melayu Sintang}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....