-->

SMS Gratis

Senin, 23 Januari 2012

Kisah Tikus dan Pengkhianatan Amanah

By : Akhiarden KPK


Suatu hari segerombolan tikus mengadakan rapat tahunan. Agenda rapatnya, ancaman eksistensi tikus dari predator berkumis (Kucing). Rapat itu berlangsung sangat menarik dan dipenuhi dengan nuansa kekeluargaan. Suguhan makanan berupa padi-padian yang baru dipetik dari sawah petani, buah mentimun segar hasil panenan tadi pagi dan beberapa makanan lezat lainnya menambah asyiknya rapat tahunan itu. Musik-musik cericitan dari bayi-bayi tikus yang dibawa oleh bapak ibunya mengikuti rapat semakin menambah serunya suasana rapat. Dengan keterbatasan dana menyewa baby sitter, bayi-bayi lucu yang masih merahpun mau gak mau harus dibawa. Lagipula ini rapat tahunan, tak satupun tikus yang mendapat jabatan mengurusi umat melewatkannya.

Banyak ide yang dikemukakan oleh peserta dalam rapat tersebut. Eksisitensi kucing mesti disiati dengan kecerdikan mengelabui mereka. Kucing memang mereka bertaring, berbadan besar dan suka makan kita. Tapi itu tidak mejadi alasan kita harus takut. Kucing sama juga seperti makhluk lainnya, mereka ada sisi lemahnya. Jika sisi kelemahannya kita manfaatkan, niscaya tidak ada lagi berita tentang kematian konyol bangsa kita yang setiap hari selalu menghiasi media cetak dan elektronik negeri ini. Ujar peserta rapat yang terkenal sangat bijak.

Tapi gimana caranya mengelabui mereka? Selucu apapun bangsa kucing itu, mereka tetaplah menyeramkan dengan taring-taring runcing nya. Kita harus bersyukur kepada Tuhan yang kuasa, kita belum menjadi santapan empuk bangsa kucing. Saudara-saudara kita banyak yang telah menjadi menu makan pagi,siang dan malam mereka. Bahkan akhir-akhir ini mereka semakin rakus, sudah mulai menjadikan bangsa kita menjadi snack-snack saat mereka membaca, main lompat-lompatan,atau sambil bercanda dengan buah hatinya.

Hal yang paling menyedihkan, mereka sudah mulai mengajari anak-anaknya tekhnik-tekhik jitu menangkap tikus. Mereka telah mendirikan sekolah-sekolah bonafit yang salah satu kurikulumnya terdapat kompetensi jadi pemburu tikus yang jitu. Guru-guru di sekolah itu setahuku adalah orang yang paling banyak menimpakan bencana kepada bangsa kita.

Dalam pelajaran matematikanya diajarkan hitung-hitungan yang menjadikan kita objek. “Misalnya ada soal seperti ini, Kucing A kucing yang pintar, suatu hari dia menangkap 4 tikus dalam beberapa jam perburuan, setelah istirahat dia melihat ada 2 tikus lagi pacaran di kolong jembatan. Tanpa ba bi bu lagi, dia segera menangkap dua tikus malang itu. Namun dia hanya berhasil menangkap yang betinanya saja, karena saat mencoba melarikan diri, betina itu terpeleset lantaran menginjak kulit pisang, sementara yang jantannya berhasil meloloskan diri dengan secepat kilat memanjat tiang jembatan, menyeberang jalan dan akhirnya hilang dari pandangan dari kucing sadis itu. Berapa jumlah keseluruhan tikus yang berhasil ditangkap kucing A?

Gila benar kan? Pelajaran matematika yang sangat mengerikan. Sejak usia dini di PAUD nya kucing-kucing cilik itu sudah diajarkan permusuhan dengan kita. Jika hal ini tidak kita sikapi dengan cerdik lama-kelamaan habislah riwayat kita. Musnahlah bangsa tikus yang dulu terkenal dengan kecerdikannya. Apa yang bisa kita lakukan jika kondisinya sudah seperti ini. Kita tidak mungkin berperang secara frontal melawan mereka. Darah merah (pejuang) kita tiba-tiba saja berubah menjadi putih saat mendengar langkah-langkah kaki kucing menyeramkan itu”. Panjang lebar tetua rapat mengemukakan beberapa kasus teranyar yang dihadapi bangsa tikus.

Semua peserta rapat bungkam seribu bahsa. Padi-padian, mentimun dan beberapa snack plus minuman sudah tak menarik selera mereka. Semuanya larut dalam diam. Air muka ketakutan mulai tampak diwajah-wajah mereka. Jangan-jangan aku akan menjadi snack dan santapan kucing berikutnya. Pikir kebanyakan mereka.

Tiba-tiba saja menyeletuk seorang tikus belia, menghangatkan suasana yang dingin dan mencekam itu. Pak ketua, aku puny aide yang aku yakin tak seorangpun pernah memikirnya. Bolehkah saya izin berbicara?

Silahkan nak, kata pimpinan rapat dengan wajah sendu yang mulai disirami air keoptimisan. Kemukakan nak,apa idemu. Biar masalah kita cepat selesai.
Begini pak dan semua hadirin, kita mesti memasang lonceng pada leher kucing-kucing sialan itu. Sebagaimana kita ketahui mereka adalah bangsa yang suka dengan aksesoris. Kalau kita pasangkan lonceng, saat lonceng itu berbunyi, itu adalah penanda bahwa kucing telah keluar mencari makanan. Siapa lagi makanannya kalau bukan kita. Setelah mendengar lonceng itu, kita bisa langsung mempersiapkan diri kita lari sejauh-jauhnya atau menggali lubang-lubang perlindungan untuk menghindari terkaman cakar tajamnya. Saya yakin cara ini sangat ampuh meminimalisir korban pembunuhan dipihak kita. Kita juga bisa bebas mardeka mencari makan sebanyak-banyaknya. Mengelebaui lagi pak tani, bu tani, pak bun atau bu bun atau mak aji dan pak aji yang dirumahnya biasa tersimpan banyak makanan lezat untuk menambah gizi kita. Semenjak kucing merajalela, kita sulit mendapatkan menu empat sehat lima sempurna, seperti yang kita rasakan beberapa bulan yang lalu.


Semua peserta rapat berbinar. Perlahan-lahan air muka mereka kembali cerah. Bibir-bibir yang sebelumnya merapat kembali terbuka, menyunggingkan senyuman termanis. Subhanallah, benar-benar tidak menyangka dinegeri tikus ada juga bocah secerdas ini, mengalahkan William Sidis atau Albert Enstein,maestronya orang jenius pada bangsa manusia. Idemu luar biasa nak, sangat, sangat, sangat jenius. Bapak mendukung 1000% ide ini. Kata pimpinan rapat. Semua peserta rapat kooor,setuju…………..setuju…..setuju…..

Semua peserta rapat puas,namun sebelum semuanya larut dalam 100% kepuasannya, seorang tikus senior yang dikenal bijak kemudian berkata,” Ya anak ku idemu memang jenius, bahkan sangat jenius, tapi siapa yang akan memasang loncengnya???
Detik itu juga kegembiraan mereka yang telah mencapai langit ketujuh terhempas, terjun bebas ketanah, kembali membawa kegundahan tiada terkira. Tikus mana yang punya keberanian untuk memasangnya. Bahkan Tok Dalang yang terkenal jago dan sakti dikalangan tikus pun,pasti tak punya keberanian untuk melakukan hal itu. Pasti konyol dan menggenaskan akhirnya. Semua kembali diam, kembali hening memikirkan ide terbaik apa lagi yang mungkin bisa dihadirkan untuk mengatasi masalah berat yang mereka hadapi.

Diluar gedung pertemuan itu, mengintai beberapa intel bangsa kucing yang mengetahui adanya agenda rapat tahunan itu. Dibelakang mereka ada sekitar seratus ekor kucing jantan yang hamper dua hari belum makan. Mereka menunggu dengan tidak sabaran. Mereka mendambakan saat peluit berbunyi dimana mereka akan berpesta pora menyantap makanan-makanan segar yang tersedia di gedung cukup mewah itu. Sementara itu para security gedung pertemuan, tikus-tikus pilihan yang telah berpuluh-puluh kali berperang melawan kedzaliman kerajaan kucing tampak mengantuk dan kelelahan. Mereka mulai dihinggapi rasa kantuk yang berat. Dan anehnya mereka bertumbangan satu persatu, menidurkan mata yang telah lama tidak menutup semenjak dimulainya rapat tahuanan yang belum juga menghasilkan keputusan itu.

Mereka lupa dengan amanahnya menjaga gedung pertemuan itu dari ancamanan kucing. Akhirnya gedung itu benar-benar bebas dari penjagaan. Para spyer kucing yang telah lama menunggu kesempatan ini, memberi tanda kepada setiap pimpinan pasukan untuk segera bergerak mendekati dan mengepung gedung pertemuan itu. Detik-detik selanjutnya adalah masa-masa pembantaian yang tak berperi kebinatangan. Para tikus yang tak menyangka adanya serangan mendadak ini tidak bisa melakukan perlawanan sedikitpun. Tak ada peluang melarikan diri, semua lubang persembunyian telah ditutup oleh para spyer kucing yang cerdik. Jadilah mereka semuanya santapan empuk kucing-kucing yang kebanyakan gelandangan itu. Mayat-mayat tikus bergeletakan, sebuah pemandangan yang mengerikan. Tubuh mereka tercabik-cabik, darah muncrat pada semua sisi gedung, kucing-kucing yang bulunya berwarna putih berubah menjadi merah darah. Wajah-wajah merea dipenuhi dengan darah tikus. Mereka memutuskan pergi setelah makan besar hari ini. Mereka menancapkan bendera Negara kucing yang perkasa di depan gedung pertemuan itu. Mereka kembali menasbihkan diri sebagai bangsa perusak dan penakluk. Mereka kembali ke negaranya dengan membawa kemenangan. Beberapa diantara mereka membawa oleh-oleh mayat tikus untuk dimasak anak istrinya dirumah. Wajah mereka semuanya menyemburatkan cahaya-cahaya kebahagiaan. Hidup mereka akan bahagia, setidaknya untuk beberapa hari kedepan

Cerita aneh diatas mengajarkan kepada kita hikmah yang sering terjadi dalam kehidupan ini. Kita pasti dapati peperangan antara kebaikan dan keburukan. Dan itu merupakan sunnatulah kehidupan yang telah dimulai sejak zaman Adzali sampai dunia berakhir. Ada ajakan untuk kita memerankan tikus, dan ada dorongan yang kuat agar kita menjadi kucing yang menyengsarakan menyengsarakan kehidupan tikus. Dari dulu hidup memang begini, kita dituntut cerdas dan waspada mengatasi musuh-musuh yang siap menyerang. Sikap tikus dalam cerita diatas ibarat sikap-sikap penakut kita dalam menjalani kehidupan. Dipenuhi kegalauan-kegalauan dan ketidakpastian. Ketika ada masalah, banyak diantara kita yang hanya mampu memberikan solusi yang kedengarannya cerdas, tapi tidak dalam prakteknya di kehidupan nyata. Banyak diantara kita yang hanya cerdas berkata-kata, tapi nol besar dalam pengaplikasiannya. No action talk only

Kisah diatas juga mengungkapkan fakta dalam kehidupan nyata, tentang orang-orang yang diberikan tanggungjawab yang menghianati amanahnya. Tentang para prajurit yang ditugaskan menjaga kelangsungan denyut nadi kehidupan para rakyatnya yang justru melalaikannya. Tentang orang kepercayaan yang malah memperkosa amanah dan kepercayaan umat. Banyak kasus para pemimpin yang mengkorupsi uang rakyatnya. Para polisi yang memalak rakyat yang semestinya dibela. Para makelar jabatan yang menjual asset-aset negaranya. Para penyambung lidah rakyat (politisi_red) justru membuat undang-undang yang merugikan banyak orang. Akhirnya dinding negara ini semakin keropos, dan mudah ditaklukkan bangsa lain. Masih ingat dengan kasus Freeport, kilau emas justru tak mengkayakan rakyat papua. Berapa ton, berapa trilyun uang rakyat Papua yang dibawa ke Amerika. Pemerintah kita sudah seperti tikus yang tak berdaya dengan kekuatan kucing. Mereka membiarkan trilyunan asset negara diangkut Negara lain. Jadilah rakyat Papua tetap miskin hingga kini,besok atau bahkan sampai kiamat nanti. Begitu juga pada rakyat-rakyat daerah lain yang dikhianati kepercayaannya oleh para pemimpin yang dipilihnya. Pemimpin yang bukan memerankan scenario sebagai pemimpin tikus tapi justru bersekongkol dengan para kucing untuk menggorok kehidupan rakyatnya satu persatu. Jika dibiarkan berlarut-larut maka nasib pemusnahan bangsa tikus diatas bukan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Maka wahai para pemimpin, para penyambung lidah rakyat, para cendikiawan, dan para pemangku jabatan lainnya. Bekerjalah sungguh-sungguh dalam mengurusi rakyatmu, niscaya bangsa kita tidak akan digorok kekayaannya oleh bangsa lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....