-->

SMS Gratis

Kamis, 11 Agustus 2011

Jilbabku,Kau tak Akan Kuikat Lagi

By : Uswatun Hasanah KPK

Langit kapuas yang memancarkan cahaya jingga menyambutnya dengan senyuman hangat. Sejenak ia tertegun mendengar sayup-sayup semilir angin yang berbisik “ selamat datang teman”. Daun-daunpun segera melambaikan tangan menyambutnya dengan penuh keriangan. ia merasa sangat.. bahagia, bisa kembali ke tempat ini. Memasuki pintu gerbang universitas tertua yang ada di bumi Khatulistiwa. ini adalah kali ke dua ia memasuki pintu gerbang itu, dan sekarang ia telah resmi menjadi salah satu penghuni di dalamnya.“ Na.. kita udah nyampai.. ini kos kita.” kata kak Lia membuyarkan lamunannya.

“ he.. iya.. kosnya nggak terlalu jauh ya kak dari kampus..”
“ iya.. nggak jauh kok.. jadi ntar bisa jalan kaki..”
Nana segera mengikuti kak Lia menuju kamar mereka. Nana memang sebelumnya tidak pernah melihat atau mencari kos untuk ia tinggal. Untung ada kak Lia yang baik hati yang menawarkan tempat untuknya. Walaupun mereka baru kenal, kak Lia telah menjadi sosok seorang kakak baginya. Kak Lia orangnya sangat supel, jadi bisa mengimbangi sifat Nana yang masih canggung dan cenderung agak pendiam. Mungkin disebabkan Nana masih baru disana.

***
Pagi ini ia kebingungan.. setiap mahasiswa baru diwajibkan berkumpul di kampus. Ia belum tau jalan ke kampus lewat mana. Belum lagi ia tidak punya baju, bajunya masih di paketkan di taksi, karena kemaren ia berngkat pakai motor sama kak Lia. Kak Lia sepertinya tau apa yang ia bingungkan..
“ Na.. ntar kalau ke kampus, sama kak dhe dan angah aja.. satu kampuskan... nanti insyaAllah paketannya kakak ambil, hari ni pakai baju kakak dulu ya..”
“hmm.. iya kak.. makasih kak ye..”
Ia telah bersiap-siap pergi ke kampus.. memakai baju kak Lia… sepertinya ada yang agak aneh.. bawahan baju kak Lia rok.. semua, nggak ada yang celana. dalam hati ia berkata, “kok rok semua.. celana panjangnya mana?? Kan lebih enak kalau pakai celana.”

Iapun berangkat bersama-sama kak dhe dan angah, teman barunya yang ia kenal tadi malam. Kak dhe dan angah sama seperti Nana, mahasiswa baru di kampus orange. Mereka jalan kaki sama-sama, dan sepanjang jalan itu, mereka saling bertanya dan bercerita. Nana agak penasaran dengan teman barunya. Sosok dua orang temannya yang baru di kenal ini emang agak aneh.. dengan jilbab yang melambai-lambai dan rok lebarnya.

“ kak dhe sama angah satu sekolah ya.. dari pesantren mana??” tanyanya kemudian.
“ Iya.. satu sekolah.. Kak dhe ma angah bukan dari pesantren.. tapi dari SMA.. ada apa Na..?? ada yang anehya..?? jawab kak dhe. Sepertinya ia tau apa yang dipikirkan Nana.
“Oh.. dari SMA. Nggak kok.. kirain tadi dari pesantren.. berarti Nana salah dong.. hmm.. jadi malu.. he..” jawabnya sambil garuk-garuk kepalanya yang nggak gatal.

Tadinya ia beranggapan temannya itu dari pesantren.. karena selama ia sekolah, belum pernah ia menemukan yang pakaiannnya seperti ini. Bahkan di sekolahnya sekalipun.. yang notabenenya sekolah Islam, karena Nana lulusan dari Madrasah Aliyah. Pada saat itu Nana benar-benar malu dengan teman barunya.. “ masa aku yang dari MAN masih seperti ini sih..” pikirnya dalam hati.

***

“Na.. mau kemana?? Tanya kak Lia.
“Nana mau ke warung kak.. kakak mau nitip ke??”
“O.. ke warung.. belikan sabun ya..” kata kak Lia kemudian. “Pakailah kaos kakinya..”
“ emang ngapa kak..” jawab Nana polos.
“hmm.. Kakikan aurat..” kata kak Lia..
“ iya ya kak.. jadi harus pakai kaos kaki lah ya..”
Ia bertanya pertanyaan yang tidak perlu di jawab. Dalam hati ia agak keberatan, “masa mau keluar ke warung sebentar harus pakai kaos kaki sih.. ”. Tapi kata-kata kak Lia tidak dapat ia tolak. kemudian iapun memakai kaos kakinya, sebuah kebiasaan yang sangat aneh baginya.
Nana tipe orang yang pengikut.. ia tidak suka membantah. Namun bukan berarti ia suka ikut-ikutan.. ia tetap punya prinsip dalam hidupnya. Ketika apa yang disampaikan itu baik dan benar, maka ia tidak punya alasan sedikitpun untuk menolak. “lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan”. Sama seperti apa yang yang dikatakan oleh kak Lia hari ini. Ia tau benar tentang hal itu. Bahkan tiga tahun selama ia di Madrasah Aliyah, cukup baginya untuk memahami tentang batasan-batasan aurat laki-laki maupun wanita. Ia masih teringat ketika guru fiqihnya menjelaskan tentang masalah aurat, “ laki-laki itu, auratnya dari pusat sampai ke lutut. Kalu wanita auratnya seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, jadi semuanya harus tertutup, tidak boleh transparan dan menampakkan lekuk tubuhnya.” Ia tidak bisa melupakan begitu saja ilmu yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah.
Pikirannya galau. Ia masih memikirkan dua kejadian yang dialaminya hari ini, hari pertama ia menghabiskan seluruh waktunya di bumi Khatulistiwa.
Ada perdebatan hebat antara nafsu dan nuraninya, nafsu yang sulit untuk di kekang dan cenderung menyeretnya ke lembah kehinaan. Namun hati nuraninya yang disinari cahaya iman, tidak akan pernah sedikitpun berbohong. “kenapa aku tidak pernah memikirkan ilmu-ilmu agama yang aku pelajari di madrasah. Jadi.. Untuk apa ilmu yang aku pelajari.. tapi ternyata selama ini masih banyak yang belum aku aplikasikan..” Ia teringat akan nasehat gurunya, “ilmu itu ibarat sebuah pohon, ia akan berguna ketika di amalkan, pohon itu akan bermanfaat ketika berbuah. Ilmu yang tidak di amalkan ibarat pohon tanpa buah yang akhirnya akan mati”. Sungguh.. hari ini, menjadi hari yang penuh perenungan bagi nya.

***

Waktupun terus berlalu, Ia mulai belajar membiasakan diri menutup aurat dengan sempurna. Ia bersyukur Allah menyadarkannya lebih cepat .
hampir satu semester ia kuliah. Pada liburan semester ini ia wajib mengikuti PPM yang di laksanakan oleh Himanya.

Hari ini ia berencana membayar uang PPM, kepada bendahara PPM. Ia masuk ke ruang kelas sebelah. Dilihatnya masih ada bebarapa kakak senior di sana.
Tiba-tiba ada seorang kakak menghampirinya..

“ Dek… coba jilbabnya ndak usah di ikat.. ikatannya di lepas aja.. nah kayak gini.. kan bagus.. lebih anggun..” kata kak Nuri sambil melepaskan ikatan jilbab Nana yang masih terikat rapi di depan dada.

Seorang kakak yang sangat ia kenal dan ia segani. Ia tidak sadar bahwa selama ini kakak itu selalu memperhatikannya. Dan ia juga tidak sadar ternyata selama ini, gaya jilbabnya masih sama seperti saat ia masih di Madrasah Aliyah, diikat pas di depan dada. Itu tandanya ia belum berjilbab dengan sempurna, karena jilbabnya belum ia ulurkan menutupi dada.

Ia merasa malu. malu.. sekali.. Teguran lembut kak Nuri ibarat angin puting beliung yang tiba-tiba menghempaskannya.. menyeret dan menyadarkannya. Kak Nuri tidak banyak berkata, ia langsung menunjukkan dengan perbuatannya.
Sejak saat itu ia tidak pernah lagi mengikat jilbabnya. Bisikan-bisikan “Angin Hidayah” mulai merasuki relung-relung hatinya. Dalam diam ia berdo’a, “ Ya Allah.. Jadikanlah aku muslimah seutuhnya.. yang tetap istiqomah untuk melaksanakan perintahmu.”

“jilbabku!! sekarang aku tidak akan pernah mengikatmu lagi. Aku bebaskan engkau menjuntai menutupi tubuhku.
.”

"Dan katakanlah kepada pada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Dan jangnlah menampakkan auratnya, kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya (Q.S An-Nur : 31)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....