-->

SMS Gratis

Sabtu, 19 Mei 2012

Cinta Angsa

Ariyanti Ammara KPK

Pagi itu kubuka jendela kamar. Seperti biasa kusempatkan diri walau sejenak untuk menghirup udara pagi yang segar. Tanpa sengaja mataku tertumbuk pada 2 hewan putih itu. Angsa. Dua hewan itu sudah menjadi bagian dalam kehidupan keluargaku sejak aku duduk di kelas 6 SD.
Hampir 11 tahun. Kini, usia mereka sudah berapa tahun, aku tak tau. Yang pasti si angsa betina terlihat sudah sangat renta. Badannya sudah tinggal tulang dibalut bulu. Warnanya sudah tak lagi putih bersih, tapi kekuningan. Bahkan, kaki kirinya sudah tak lagi berfungsi. Pincang. Entah karena apa. Ibuku pun tak tau kenapa kakinya bisa pincang. Sedangkan angsa yang jantan, masih terlihat gagah. Badannya tegap. Putih. Dan pasti, masih kuat jika hanya mencubit kakimu dengan paruhnya. Hehe..

Kulihat sepasang angsa itu masih terlena dengan tidurnya. Biasanya, jam segini mereka sudah berngoek-ngoek ria minta jatah sarapan. Kuperhatikan mereka. Si betina terlihat masih pulas, sedangkan si jantan sudah membuka matanya namun masih belum menegakkan kakinya. Sesekali ia mengoek, mungkin perlahan-lahan ia ingin membangunkan sang betina. Tapi nihil. Ia pun memejamkan mata dan merebahkan lehernya lagi. Selang beberapa detik kemudian, ia terbangun lagi dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Namun masih juga nihil. Si betina juga belum bangun. Perlahan si jantan menyentuh badan si betina dengan paruhnya dan mengeluarkan suara lebih keras lagi. Si betina bergeming. Setelah beberapa lama, barulah aku sadar. Jatah hidup si angsa betina sudah habis. Ia harus memejamkan matanya untuk selamanya dan meninggalkan si angsa jantan sehewan diri. Si angsa jantan pun kurasa mengerti, bahwa isterinya tak lagi ada. Istrinya sudah meninggal. Maka aku merasakan nuansa kesedihan di wajah si jantan. Aura kesedihan itu kuat memancar dari matanya. Bahkan sampai berhari-hari, ia seperti belum bisa menerima kematian istrinya. Hampir setiap saat ia mengoek keras-keras. Seperti memanggil-manggil istrinya. Namun setelah beberapa lama mengoek dan tak juga ada jawaban, ia kembali dalam keterpurukan. Butuh waktu satu minggu lebih baginya untuk menyadari bahwa sang istri sudah tak ada lagi. Dan tiap kali menyadari itu, rona kesedihan begitu saja terpancar dari wajahnya.

Cinta.
Jika kita bertanya, kenapa hewan bisa seperti itu? Cintalah jawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....