-->

SMS Gratis

Selasa, 03 Januari 2012

AMSAL

KH.RAHMAT ABDULLAH

Ketika anak-anak bangsa tak lagi mampu memahami sindir sampir,
petatah-petitih atau kias metafor, maka kiamat bangsa itu sudah di
ambang pintu. Tentu saja tidak dimaksud dengan kiamat itu kehancuran
fisik, melainkan kiamat nilai-nilai mulia yang selama ini mereka hayati.
Mereka telah hidup dalam dimensi-dimensi kebendaan yang pekat, dominan
dan refleks. Al Qur'an melancarkan seruan-seruannya, dengan sebagiannya
berbentuk amsal. "Itulah amsal-amsal (perumpamaan), Kami ajukan dan
tiada kan memahaminya kecuali
orang-orang yang alim."( QS. 29:43).

Kalau saja para koruptor itu punya kulit wajah yang cukup tipis dan urat yang cukup lembut untuk memahami sindiran halus, niscaya mereka akan
malu merampok kekayaan bangsa. Akan tetapi sayang sejuta kali sayang, kondisi mereka telah sampai pada apa yang diungkapkan seorang da'i yang dianggap keras, muka tembok urat badak, sehingga tak cukup sensitif terhadap penderitaan rakyat.


Sindiran-sindiran itu sudah terlalu vulgar bila ditampilkan dalam bentuk orasi, demonstrasi, pembacaan puisi, lagu-lagu kritik sosial atau pun lakon-lakon.Renungan tentang alam yang santun dan dunia hewan yang tahu batas. Harimau dan singa yang dikenal buas, tak pernah menumpuk buruan untuk beberapa hari ke depan, apalagi untuk beberapa keturunan.


Semut yang dikenal rajin, terorganisir dan berdisiplin tinggi, memang selalu mengumpulkan makanan untuk jangka waktu yang lebih panjang dari usia mereka. Tetapi itu dilakukan sebagai pemenuhan cadangan nasional, bukan kerakusan pribadi. Cukup dengan bercermin pada alam manusia dapat selamat, tetapi "Betapa banyaknya tanda-tanda Allah di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka tetap berpaling. Tiadalah kebanyakan mereka beriman, melainkan juga (dengan) melakukan
kemusyrikan." (QS. 12: 105-106)


Penenun yang Mengoyak Tenunannya


Betapa banyak energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan tenunan yang
bagus. Ada unsur intelektual dan ada unsur moral. Tetapi hasil kerja yang melelahkan itu akan segera hancur dalam waktu singkat, karena unsur emosional yang tak terkendali. Jangan beri pekerjaan kepada orang yang usia semangatnya sudah larut senja atau kearifannya terlalu pagi. Kepanikan akan segera menyudahi pekerjaan itu. Kerja besar harus dihayati dengan hamasatus syabab fi hikmatis syuyukh(semangat pemuda dalam bingkai kearifan orang tua) dan tidak sebaliknya.Persatuan umat betapa sulit dibangun, namun betapa mudah dihancurkan.Seribu teman belum cukup, satu musuh terlalu banyak.Memang aneh, lelah menenun berbilang pekan, bahkan bulan, dikoyak dengan begitu mudah, karena urusannafsu yang tak terkendali. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu
golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain..."
(QS.16:92)

Tetapi Siapa yang Menggantungkan Loncengnya?

Sekumpulan tikus berkongres. Tema sentral; bahaya kucing yang mengancam
keles-tarian bangsa tikus. Banyak usulan cemerlang, tetapi semuanya
termentahkan. Dari usulan mengkarantina anak-anak, sampai perondaan yang
kontinyu. Akhirnya, seekor tikus junior mengajukan usulan "jenius" yang
mencengangkan, "Leher setiap kucing diberi lonceng yang nyaring bunyinya
agar anak-anak kita bisa segera masuk ke dalam lubang perlindungan."
Usulan ini disambut dengan antusias sebagai usulan yang jenius.

Ketika semua merasa puas, seekor tikus senior berujar, "Arrayu shahih,
wa-lakin man yualliqul jaras?" (Usulannya benar, tetapi siapa gerangan
yang akan mengggantungkan lonceng itu?) Semua tertegun kembali dengan
putus asa.

Fabel amsal ini memang rekaan, tetapi mencerminkan banyak hal; kearifan
dan pada saat yang bersamaan keputusasaan. juga kecerdasan
berbayang-bayang egosentris. Dalam implementasi, terkadang kelompok
pesimistik mematahkan optimisme rekannya dengan amsal ini.

Rahimallahu Assariqul Awwal

Suatu desa mengalami kegemparan sangat. Pasalnya, muncul pencurian unik.
Setiap kali jenazah dikuburkan, esok kuburan yang rapi itu sudah
berantakan. Setelah diselidiki ternyata kain kafan sang mayat sudah
raib. Segala upaya untuk menangkap pencuri mengalami kegagalan. Mereka
geram, marah, putus asa, sampai suatu hari pencurian itu berhenti.
Rupanya sang pencuri mati.

Untuk beberapa lama keadaan kembali tenang. Tetapi mereka kembali
digemparkan oleh kasus-kasus pencurian yang sama, bahkan lebih unik;
sang mayat dionggokkan di atas kuburan tanpa kafan. Berbagai cara untuk
menangkap dan menangkal menemui kegagalan. Dengan putus asa akhirnya
mereka mengatakan, "Lebih baik maling yang dulu juga." Pepatah satir
Arab ini aslinya berbunyi, rahimallahu assariqul awwal, (Semoga Allah
mengasihi pencuri terdahulu).Kondisi ini, bila dianalogikan kepada politik, partai politik dan
pemilu, mewakili apatisme masyarakat yang tidak berjiwa pejuang, memilih dibodohi dan
diperkosa kembali.

Beruang Setia


Cinta dan pengorbanan tanpa ilmu kadang berakibat fatal. Alkisah,
seorang alim yang baik hati menemukan seekor beruang terjepit di antara
batang pohon di hutan. Dengan kasih sayang ia bebaskan sang beruang.
Klasik, siapa saja yang mendapat jasa tentu tak melupakan si pemberi
jasa. Dengan sungguh-sungguh dan tulus hati, sang beruang berikrar untuk
menjadi pengawal setia dan pelayan bagi syaikh. Kemana ia pergi, si
beruang mengikuti dan mengawal. Sampai suatu hari, sang beruang kesal lantaran tuannya terganggu istirahatnya oleh lalat-lalat yang kerap hinggap di wajahnya. Beruang menghalau dan lalat datang kembali beberapa saat. Hingga memuncaklah
amarah sang beruang. la akan melakukan langkah pamungkas terhadap
lalat-lalat jahanam itu. Ketika seekor lalat bertengger di wajah sang
tuan, beruang mengangkat batu besar untuk dihantamkannya ke tubuh sang
lalat. Dengan kelincahan luar biasa sang lalat melesat dan wajah sang
tuan hancur tertimpa batu.



Setiap Orang Ingin Jadi Mekanik


Setelah melaju beberapa saat, kendaraan dengan banyak penumpang itu
memasuki medan berat. Di atas jalan bebatuan besar-besar itu kendaraan
terguncang-guncang, membuat tak nyaman para penumpang. Ada yang pusing,
ada yang mual, bahkan banyak yang muntah. Sebagian sudah lupa ke mana
mereka menuju, sedang lainnya ingat tujuan tetapi kehabisan kesabaran.

Seorang penumpang dengan dahi yang dikerut-kerutkan mengesankan intelek
berujar, "Berhenti dulu, pastilah mesinnya rusak." Dia memaksa untuk
bongkar mesin, keadaan tak bertambah baik. Datang seorang dengan
tampilan post intelek, menawarkan gagasan cemerlang. "Ini gara-gara
kerusakan pada kaca spion, salah posisi," ia copot kaca spion dan bus
tetap berguncang-guncang. Seorang berujar dengan piawainya, "Tadi jalan
begitu mulus, karena saya ikut dalam bus ini." Ketika ditangkal dengan
mengatakan, sekarang ia juga masih ikut, tetapi tetap berguncang. la
menyergah, "Sekarang karena

dasar mobilnya yang tak bermutu!"

Entah berapa banyak orang yang menghujat kitab suci dan warisan Nabi.
Mereka bukan memikirkan rekayasa medan, mengubah persepsi masyarakat
atau menyadari medan serta dinamika da'wah selalu bergelombang. Mengapa
kita tidak perbaiki sistem kerja dan iklim berfikir masyarakat dengan
da'wah yang ber-manhaj, agar perjalanan da'wah bisa lancar, daripada
menyalahkan risalah kiriman Allah. Berpura-pura netral dan tidak
emosional ketika Allah dilecehkan, atau dengan PD tapi modal cekak
berani membunyikan pesan sponsor yang begitu dendam kepada umat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini bermanfaat tolong dikomentari yach.....